Suntikan Tunggal Antibodi Berhasil Melindungi Monyet dari Virus HIV Selama 6 Bulan

Suntikan Tunggal Antibodi Berhasil Melindungi Monyet dari Virus HIV Selama 6 Bulan

PUGAM.comVaksin untuk HIV memang belum ditemukan dan hingga kini, perkembangan penelitian yang menjurus ke hasil akhir belum juga terlihat. Namun, beberapa peneliti dari Amerika dan Jerman berhasil menemukan titik terang dalam usaha untuk menghadapi HIV.

Para peneliti ini bukannya menemukan vaksin yang bekerja untuk HIV, melainkan antibodi untuk melindungi dari infeksi HIV. Sebenarnya, antibodi seperti ini sudah ditemukan dan banyak digunakan, seperti pil PrEP. Tetapi, yang membedakan adalah kekuatan atau rentang waktu perlindungan yang diberikan. Memang, antibodi yang mereka temukan ini masih dalam tahap pengujian dan belum diterapkan langsung pada manusia. Tetapi, pada subyek monyet (Macaca), didapat hasil yang cukup memuaskan.

Penelitian yang juga diterbitkan di Nature ini menyebutkan bila monyet yang telah diberikan antibodi, tepatnya 4 jenis antibodi yang ditemukan para peneliti ini mampu bertahan selama rata-rata 12 hingga 14 minggu dari infeksi HIV. Dalam pengujian ini, kera-kera tersebut diberikan antibodi seminggu sebelum diekspos pada HIV dosis rendah dari kera lain yang terjangkit HIV. Perlu diketahui, uji coba ini berbeda dari beberapa uji coba lainnya yang langsung menyuntikkan virus HIV kepada kera yang diberikan antibodi.

Cara ini dipilih karena menyerupai proses penularan HIV pada manusia, yang berjalan lambat. Banyak kasus dimana penularan HIV tidak terjadi pada kontak pertama, melainkan setelah terjadi kontak secara intens.

Hasil yang didapat adalah kera yang sudah diberikan antibodi mampu bertahan rata-rata hingga 14 minggu bahkan ada beberapa yang mencapai 23 minggu. Dari hasil ini, dapat dikatakan pengujian ini berjalan sempurna. Hal ini juga diakui oleh Ruth Ruprecht, dari AIDS Research Program di Texas Biomedical Research Institute dan juga David Montefiori, Kepala dari Laboratory for AIDS Vaccine Research and Development dari Duke University.

Ruprecht mengungkapkan lamanya perlindungan yang diberikan merupakan hasil yang terbaik dari antibodi ini. Hal ini sangat membantu manusia untuk dapat terlindungi dari infeksi HIV. Antibodi yang beredar saat ini kebanyakan hanya dapat melindungi penggunanya dalam waktu singkat. Artinya, mereka harus mengkonsumsinya secara rutin atau harian. Hal ini juga sering menjadi sumber masalah dan kegagalan perlindungan yang diharapkan penggunanya, karena mereka sering lupa untuk mengkonsumsinya. Atau, mereka hanya mengkonsumsinya saat akan berhubungan seks saja.

Montefiori juga mengungkapkan bila antibodi ini dapat bekerja lebih baik pada manusia. Pada saat antibodi ini diberikan pada monyet percobaan, sistem kekebalan tubuh monyet-monyet tersebut membentuk antibodi sendiri untuk melawan antibodi HIV yang diberikan.

Jadi, efektivitas antibodi tersebut dapat dikatakan menurun, saat diberikan pada kera. Artinya, bila diberikan pada manusia, maka dapat diharapkan hasil yang jauh lebih baik, khususnya bila antibodi tersebut dibuat sesuai untuk manusia. Dan, hasil yang mungkin dapat tercapai adalah perlindungan dari infeksi HIV selama 6 bulan.

Di lain sisi, Malcom Martin, Direktur dari Viral Pathogenesis and Vaccine Section dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases mengungkapkan bila sebenarnya ada cara yang lebih baik untuk meningkatkan efektifitas antibodi ini, yaitu dengan mencampur empat antibodi tersebut. Antibodi yang dikombinsaikan ini akan saling menguatkan dan bersinergi lebih erat, yang dapat memberikan perlindungan lebih baik pada manusia.

Tetapi, para peneliti ini masih membutuhkan waktu lama untuk melihat efektivitas masing-masing antibodi sehingga dapat ditemukan campuran yang pas yang dapat memberikan efek perlindungan terbaik. Para ahli diatas juga sepakat bila masih butuh waktu lama, setidaknya 10 tahun ke depan, untuk dapat menemukan hasil yang terbaik ini.

Meskipun begitu, Martin yang juga terlibat dalam penelitian ini mengungkapkan pihaknya sudah mulai melakukan ujicoba pada manusia dengan salah satu antibodi yang mereka teliti, yaitu VRC01. Para subyek berasal dari negara Brazil, Peru dan Amerika Serikat, sebanyak 2.700 orang yang mempunyai potensi tinggi terpapar infeksi HIV.

Kita hanya bisa berharap, pengujian ini dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan hasil yang memuaskan, mengingat saat ini jumlah penderita atau orang yang hidup dengan HIV cukup banyak. Pada 2014 saja, tercatat 2 juta orang menjadi penderita baru HIV. Ke depannya, antibodi ini tentunya dapat dikembangkan lebih jauh hingga menjadi vaksin dan obat untuk HIV.

Shares
Please Login, Register or comment as Guest.
Subscribe
Pilihan:
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments