Ingin Tahu Habitat dari Spesies yang Terancam Punah? Lihatlah Awan

Ingin Tahu Habitat dari Spesies yang Terancam Punah, Lihatlah Awan

PUGAM.com – Banyak dari keanekaragaman hayati planet kita terkonsentrasi di beberapa wilayah seperti pegunungan tropis, di mana pengetahuan tentang habitat dan distribusi spesies masih tidak bisa diharapkan untuk memandu pengelolaan dan konservasi.

Para ilmuan telah meningkatkan pengamatan dengan melihat melalui satelit penginderaan jarak jauh untuk mengatasi dilema ini, dan sebuah studi baru oleh ilmuwan di University at Buffalo dan Yale University telah menunjukkan kegunaan dari sumber informasi inkonvensional yaitu awan.

Penelitian yang diterbitkan pada 31 Maret 2016 di PLOS Biology tersebut telah dilakukan selama 15 tahun dengan mengumpulkan data menggunakan dua satelit milik NASA yang mengorbit Bumi, Teraa dan Aqua.

Pengamatan yang luas memungkinkan para ilmuwan untuk membangun sebuah database yang berisi dua gambar cloud cover atau tutupan awan per hari untuk hampir setiap kilometer persegi planet dari tahun 2000-2014.

Cloud cover (juga dikenal sebagai keadaan mendung) mengacu pada sebagian kecil dari langit yang tertutup oleh awan ketika diamati dari lokasi tertentu.

Sementara metode pemetaan spesies menggunakan awan ini dianggap aneh, entitas lain yang terakit juga diketahui mempengaruhi seperti hujan, sinar matahari, suhu permukaan dan ‘kebasahan daun’ bisa menentukan di mana tanaman dan hewan dapat bertahan hidup.

Studi ini menemukan bahwa variasi dari tutupan awan telah menggambarkan batas-batas bioma ekologi, termasuk hutan awan tropis yang merupakan pelabuhan bagi banyak spesies yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia.

“Ketika data divisualisasikan, itu luar biasa bagaimana Anda bisa dengan jelas melihat banyak bioma yang berbeda di Bumi berdasarkan frekuensi dan waktu di mana hari berawan selama 15 tahun terakhir,” kata ketua ilmuwan dalam studi ini, Adam Wilson.

Adam Wilson adalah orang yang melakukan sebagian besar penelitian di Yale University dan sekarang menjadi asisten profesor geografi di UB College of Arts and Sciences.

“Seperti ketika Anda menyeberang dari satu ekosistem ke ekosistem yang lain, transisi nya sangat terlihat jelas dan yang menarik adalah data ini memungkinkan Anda untuk langsung mengamati pola-pola pada resolusi 1 kolometer,” tambahnya.

Tutupan awan juga membantu para peneliti untuk lebih memprediksi di mana spesies tertentu hidup.

Dengan pola awan tersebut, tim mampu untuk menentukan ukuran dan lokasi habitat dari the montane woodcreeper (burung Amerika Selatan) dan king protea (semak di Afrika Selatan) secara detail, ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Temuan ini sangat menarik karena teknik ini dapat digunakan untuk meneliti habitat tumbuhan dan hewan yang terancam punah, kata co-author Walter Jetz, profesor ekologi dan biologi evolusi di Universitas Yale.

“Memahami pola spasial dari keanekaragaman hayati adalah penting jika kita ingin membuat keputusan tentang bagaimana melindungi spesies dan mengelola keanekaragaman hayati serta banyak fungsinya di masa depan,” kata Jetz.

“Tapi untuk wilayah yang merupakan pelabuhan bagi keanekaragaman hayati, data dilapangan terlalu sedikit dan kurang mencukupi,” tambahnya.

“Ketika datang ke konservasi spesies terancam punah, kebijakan dan peraturan sebagian besar ditentukan oleh pemahaman kita tentang seberapa besar populasi tersebut dan di mana mereka berada,” kata Wilson.

“Kami telah menunjukkan bahwa penginderaan jarak jauh yang dikombinasikan dengan ilmu yang tepat dapat menjadi alat yang efektif untuk membantu membentuk kebijakan ini.”

Penginderaan Jarak Jauh Merupakan Alat yang Ampuh dalam Mendefinisikan Habitat

Para penulis mengatakan studi ini menunjukkan bagaimana penginderaan jarak jauh dapat menjadi alat yang ampuh dalam memantau ekosistem.

Di masa lalu, para ilmuwan yang tertarik dengan data iklim harus bergantung pada observasi yang diambil di stasiun cuaca yang tersebar di seluruh dunia dan mereka meninggalkan sejumlah besar kawasan yang tidak termonitor.

Dan menciptakan keterbatasan serius bagi penelitian karena banyak karakteristik ekosistem seperti suhu dan curah hujan bervariasi secara signifikan di seluruh wilayah kecil.

“Itu salah satu perkembangan yang sangat menarik di bidang ini,” kata Wilson. “Kami sekarang memiliki puluhan tahun pengamatan satelit untuk mengkarakterisasi lingkungan global.”

“Data kami berasal dari dua satelit NASA yang telah mengorbit di atas sana, mengumpulkan dua gambar per hari di semua bagian di Bumi selama lebih dari satu dekade. Menarik karena sekarang kita dapat memanfaatkan tumpukan besar data yang rinci untuk mendukung keanekaragaman hayati global dan pemantauan ekosistem dan konservasi,” lanjutnya.

Shares
Please Login, Register or comment as Guest.
Subscribe
Pilihan:
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments