LSM Gunakan Teknik “Memanen Kabut” untuk Atasi Masalah Kekeringan di Maroko

CloudFisher

PUGAM.com – Menanggapi kekeringan yang sedang melanda beberapa wilayah di Maroko, Sejumlah LSM berupaya mengatasi krisis air di wilayah tersebut dengan cara “memanen kabut”.

22 Maret 2015, sebuah LSM di Maroko bernama Dar Si Hmad bekerjasama dengan beberapa organisasi Jerman menjalankan sebuah proyek untuk menyediakan air bersih termasuk air minum di wilayah suku Aït Baâmrane, di barat daya Maroko.

Wilayah suku Aït Baâmrane berbatasan dengan Sahara Barat yang di dalamnya termasuk Atacama, dikenal sebagai gurun pasir luas di wilayah Amerika Selatan.

Proyek ini melibatkan sebuah teknologi bernama CloudFisher yang ditempatkan di lereng Gunung Boutmezguida.

Penyelenggara proyek telah mendirikan serangkaian tiang baja tinggi mencakup jaring polimer hitam yang digantungkan pada masing-masing tiang.

Itulah yang disebut CloudFisher, alat pemanen kabut yang tampak seperti bendera kapal bajak laut yang telah lama terkubur. Alat ini berperilaku layaknya tanaman kaktus Echinopsis.

Berfungsi sebagai kondensator yang akan mengubah kabut menjadi air, CloudFisher dibangun di tanah gersang berbatu di ketinggian lebih dari empat ribu kaki.

Dalam 24 jam, alat ini mampu menghasilkan 17 galon air dari kabut yang terkondensasi. Ketersediaan air tawar tentu akan sangat bermanfaat bagi pedesaan dan kabupaten yang miskin air di Afrika Utara ini. Menurut WHO, satu orang di wilayah ini membutuhkan sekitar 20 galon air per hari.

Selain untuk dirinya sendiri, mereka akan menggunakannya untuk mengairi lahan pertanian serta memenuhi kebutuhan air bagi hewan ternak.

Dengan demikian, instalasi CloudFisher yang kecil sudah cukup memenuhi kebutuhan air sekeluarga namun diperlukan instalasi yang lebih besar untuk dapat melayani seluruh desa.

Di daerah kering di seluruh dunia, tugas memperoleh air untuk keperluan keluarga biasanya jatuh pada perempuan. Warga pedesaan Maroko umumnya menghabiskan waktu 4 jam per hari untuk berjalan pulang pergi mengambil air ke sumur yang masih berfungsi.

Beberapa keluarga yang beruntung bisa saja memiliki atau meminjam keledai tapi tetap saja tak pernah mengubah keadaan. Para wanita harus membawa sekitar 5 galon air seberat hampir 25 kg di kepala mereka.

Sebuah penelitian menunjukkan, jika jam kerja seluruh wanita di Afrika dalam mengambil air diakumulasikan, maka dalam setahun mereka menghabiskan sekitar 40 miliar jam untuk mengambil air.

Kehadiran CloudFisher diharapkan dapat mengurangi beban tanggung jawab para wanita di Maroko dalam memperoleh air untuk keluarganya.

Upacara pembukaan CloudFisher pada 22 Maret tahun 2015 dihadiri oleh seluruh rakyat yang berkumpul di dua tenda besar, satu untuk pria dan satu lagi untuk wanita.

Raja Maroko, Mohammed VI, telah mengirimkan Gubernur regional sebagai perwakilan dalam upacara tersebut.

Pidato pun digelar dalam beberapa bahasa termasuk Perancis, Spanyol, Jerman, Maghrebi Arab, Tashelhit dan dialek lokal. Usai pidato, sermonial ditandai dengan dibukanya keran mengisi penuh sebuah gelas kristal dengan air.

Orang-orang yang hadir pun bersorak dan gelas mulai digilir, beberapa dari mereka berkesempatan mencicipi dinginnya air kabut murni yang dihasilkan oleh CloudFisher.

Setelah upacara, Jamila Bargach, co-founder dan direktur Dar Si Hmad menyampaikan kegembiraannya, “Pada hari-hari seperti hari ini, saya adalah ratu kabut. Itulah mengapa ini merupakan hari terbaik dan pada hari-hari terburuk, saya adalah budak nya.”

Tugas Dar Si Hmad belum selesai, mereka masih harus berjuang meyakinkan para penduduk desa bahwa air yang dihasilkan oleh CloudFisher ini layak untuk digunakan.

Di kalangan penduduk desa, ketika air tidak melewati tanah, tidak memiliki kandungan mineral dengan demikian tidak ada kehidupan di dalamnya, maka akan dianggap tidak layak untuk digunakan dalam ritual keagamaan, juga untuk dikonsumsi.

Namun upaya beberapa pihak termasuk Dar Si Hmad untuk meyakinkan penduduk akhirnya membuahkan hasil. Kini mereka mulai menggunakan air yang dihasilan oleh CloudFisher untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Apa yang menjadi penting disini adalah, ketika CloudFisher menjadi solusi di sebuah wilayah kecil di Maroko, maka apakah cara ini bisa mengatasi krisis air di belahan dunia lainnya? Apakah krisis air dunia dapat diatasi dengan cara “memanen kabut”?

Shares
Please Login, Register or comment as Guest.
Subscribe
Pilihan:
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments