Miliarder Rusia Dirikan Perusahaan untuk Mentransfer Pikiran Manusia ke Robot

Miliarder Rusia Dirikan Perusahaan untuk Mentransfer Pikiran Manusia ke Robot

PUGAM.com – Tahun 2015 lalu, sebuah perusahaan startup dari Australia bernama “Humai” telah membagikan idenya yaitu ingin membantu orang untuk mentransfer pikiran mereka ke dalam tubuh buatan sehingga mereka dapat ‘hidup’ selamanya.

Dan sekarang, seorang miliarder Rusia tampaknya akan membantu mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan menggunakan kekayaannya.

Dmitry Itskov (35) mendirikan sebuah perusahaan bernama “2045 Initiative” yang berbasis di Moskow pada tahun 2011.

Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan sebuah teknologi yang dapat mentransfer kepribadian seseorang ke sebuah benda non-biologis yang lebih canggih.

“Dalam 30 tahun ke depan, saya akan memastikan bahwa kita semua bisa hidup selamanya,” kata Itskov dalam sebuah film dokumenter BBC baru-baru ini berjudul “The Immortalist”. “Saya yakin 100% itu akan terjadi. Jika tidak, saya tidak akan memulainya.”

Bagian pertama dari proyek ini adalah untuk membuat versi robot dari tubuh manusia yang dapat dikendalikan oleh otak, dan dijadwalkan akan selesai pada tahun 2020.

Mesin ini dapat digunakan untuk melakukan tugas-tugas berbahaya tanpa melibatkan seorang operator.

Tahap akhir dari rencana ini adalah memindahkan kesadaran manusia ke sebuah avatar holografik atau robot. Seperti namanya, perusahaan ingin mencapai semua ini pada tahun 2045.

Itskov telah dilaporkan telah menggelontorkan dana sebesar US$1,43 miliar untuk proyek ini.

Miliarder Rusia Dirikan Perusahaan untuk Mentransfer Pikiran Manusia ke Robot 2

Tim Itskov terdiri dari para ahli Rusia di bidang antarmuka saraf, robotika, neuroscience, dan organ buatan.

Mereka percaya bahwa fungsi otak memiliki cara kerja yang sama dengan komputer, input data indrawi berubah menjadi output perilaku melalui perhitungan, proses ini dapat dipetakan dan disalin ke komputer yang sebenarnya.

Ketika ambisinya ini terwujud, Itskov ingin teknologi ini tersedia untuk semua orang, bukan hanya bagi mereka yang mampu membelinya.

“Jika tidak ada teknologi keabadian, saya akan mati dalam 35 tahun ke depan,” katanya.

Ia melanjutkan, “saya ingin semua ini tersedia untuk setiap orang, termasuk saya sendiri. Dan untuk tingkat yang lebih rendah, saya termotivasi oleh ketakutan akan kematian dan keinginan untuk menundanya.”

Jika kita benar-benar berada pada masa ketika teknologi memungkinkan kita untuk hidup selamanya dalam bentuk robot, itu akan menarik untuk melihat seberapa banyak orang yang memilih hidup abadi.

Shares
Please Login, Register or comment as Guest.
Subscribe
Pilihan:
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments