6 Mitos Seputar Penyakit Kanker

6 Mitos Seputar Penyakit Kanker

PUGAM.com – Penyakit kanker adalah salah satu topik yang paling banyak menghasilkan mitos di kalangan masyarakat, mulai dari mengonsumsi suplemen tulang rawan ikan hiu untuk mengobati kanker, menghindari konsumsi gula ketika terkena penyakit kanker dan beberapa mitos lainnya.

Artikel kali ini akan mengupas lebih dalam tentang mitos-mitos seputar penyakit kanker tanpa menyimpulkan apakah mitos tersebut sepenuhnya salah atau justru benar. Setidaknya ada 6 mitos populer terkait penyakit kanker yang perlu Anda tahu, apa saja?

1. Ikan Hiu Tidak Terkena Penyakit Kanker

6 Mitos Seputar Penyakit Kanker

Ada sebuah kepercayaan bahwa: “Ikan hiu tidak pernah terserang penyakit kanker sehingga jika kita mengkonsumsi suplemen yang terbuat dari tulang rawan ikan hiu, itu dapat menyembuhkan atau bahkan mencegah kanker”. Apakah itu benar?

Satu studi yang dilakukan oleh para peneliti di John Hopkins menemukan bahwa bahan kimia tertentu yang terkandung dalam tulang rawan ikan hiu dapat mencegah pembentukan pembuluh darah. Para peneliti selanjutnya menyebut proses ini sebagai Angiogenesis.

Sel-sel tumor misalnya, mereka membutuhkan darah untuk terus berkembang sehingga ketika kita memotong arus suplai darah maka secara teori sel-sel tumor tidak akan berkembang.

Di waktu yang bersamaan, studi lain yang juga dilakukan oleh para peneliti menyebutkan bahwa mengonsumsi ikan hiu atau suplemen tulan rawan ikan hiu justru akan menyebabkan kanker karena adanya bahan kimia yang disebut aflatoksin B1.

Hanya karena ikan hiu memiliki kerangka yang pada dasarnya berupa tulang rawan, sebagian orang akhirnya memanfaatkan keadaan ini dan mulai menjual suplemen yang terbuat dari tulang rawan ikan hiu.

Banyak orang percaya bahwa tulang rawan ikan hiu mengandung beberapa bahan kimia yang dapat mencegah pembentukan pembuluh darah.

Hal yang harus dipahami adalah, hidup tidaklah seperti permainan video game dan kita tidak bisa memakan sesuatu untuk mendapatkan kekuatannya. Tak peduli berapa banyak daging ular yang Anda makan, Anda tidak akan mendapatkan kekebalan terhadap racun seperti ular yang Anda makan.

Sehingga akan menjadi tidak masuk akal bahwa hanya memakan jaringan dari hewan yang tidak pernah terserang kanker seperti ikan hiu secara otomatis akan membuat Anda kebal terhadap kanker.

Memang benar, kanker cenderung tidak menyerang tulang rawan dan beberapa bahan kimia tertentu, namun yang pasti kita tidak akan mendapatkan cukup bahan aktif yang mampu mencegah kanker dengan hanya mengonsumsi tulang rawan ikan hiu.

2. Penderita Kanker Harus Menghindari Konsumsi Gula

6 Mitos Seputar Penyakit Kanker

Mitos tersebut pada awalnya berupa saran yang mungkin bermaksud baik, tetapi juga salah. Idenya adalah bahwa sel-sel kanker membutuhkan gula untuk menghasilkan energi dan terus berkembang.

Setiap kali ada oksigen di sekitar kita, maka sel-sel sehat dalam tubuh akan menggunakan oksigen untuk mengonversi glukosa dari gula menjadi energi. Ini cukup efisien mengingat sebagian besar energi yang dihasilan dari glukosa dapat diubah menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh sel.

Jika tidak ada cukup oksigen, sel-sel dapat menggunakan proses yang berbeda untuk menghasilkan beberapa energi dari gula tapi tak sama banyaknya dengan proses yang disertai oksigen.

Pada tahun 1924, seorang ilmuwan Jerman bernama Otto Warburg melihat bahwa sel-sel kanker membutuhkan banyak glukosa untuk menghasilkan sejumlah energi yang sama seperti pada proses di atas.

Masih tidak bisa diyakini mengapa mengonsumsi sejumlah gula dapat menguntungkan sel-sel kanker. Dari sini, orang-orang tampaknya menyimpulkan ketika sel-sel kanker menyukai gula maka Anda sebagai penderita gula harus menghindari mengonsumsi gula.

Setidaknya pernyataan di atas memang telah dibuktikan melalui beberapa penelitian tapi tidak mengkonsumsi gula tampaknya tidak benar-benar membuat sel kanker tersiksa karena kekurangan glukosa.

Sebenarnya, kalori yang terkandung dalam gula dapat dibedakan dengan kalori yang terkandung dalam protein. Tak peduli apa yang Anda makan, tubuh Anda pada akhirnya akan mengubahnya menjadi glukosa meskipun sejatinya Anda tidak mengonsumsi gula.

3. Antioksidan Mampu Mencegah Kanker

Jangan salah paham, antioksidan sangatlah penting karena terkadang bahan kimia yang bersifat merusak yang disebut oksigen reaktif dapat merusak jaringan sel dalam tubuh manusia termasuk penyebab kerusakan pada DNA  yang dapat menyebabkan kanker.

Antioksidan akan menetralisis oksigen reaktif sebelum menimbulkan berbagai macam kerusakan dalam tubuh kita. Namun, mitos yang beredar mengatakan bahwa jika semakin banyak kita mengonsumsi suplemen antioksidan maka semakin kecil pula kita akan terkena kanker.

Faktanya, tidak ada banyak bukti bahwa mengonsumsi suplemen antioksidan dapat menurunkan risiko penyakit kanker. Tidak main-main, penelitian ini sudah sering dilakukan dengan mengujinya pada orang yang sebelumnya sering mengonsumsi suplemen antioksidan seperti vitamin A dan E tapi hasilnya tidak ditemukan banyak manfaat dari suplemen tersebut.

Menurut beberapa penelitian, suplemen antioksidan mungkin benar-benar mempercepat perkembangan kanker. Sebagai contoh, satu studi baru yang dilakukan oleh peneliti di Swedia menemukan bahwa melanoma (jenis kanker kulit) menyebar lebih agresif pada tikus yang menerima suplemen antioksidan dibandingkan pada tikus yang tidak menerima suplemen.

Alasannya, antioksidan tidak dapat benar-benar membedakan antara sel-sel sehat dan sel-sel kanker. Dengan kata lain, antioksidan akan melakukan tugasnya tanpa melihat jenis sel.

4. Biopsi Membantu Penyebaran Kanker

6 Mitos Seputar Penyakit Kanker

Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ.

Ketika dokter ingin meneliti jenis tumor yang ada pada seseorang, mereka kadang akan menggunakan jarum untuk mengekstrak bagian kecil dari tumor tersebut. Ini merupakan bagian dari prosedur standar sebelum dokter memutuskan apakah tumor yang diderita pasien merupakan bagian dari kanker atau bukan.

Tetapi beberapa orang khawatir bahwa metode biopsi ini akan menimbulkan risiko penyebaran sel kanker itu sendiri.

Kedengarannya cukup masuk akal. Satu studi pernah dilakukan pada 100 pasien yang mengidap penyakit kanker payudara. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 30% dari total waktu dilakukannya biopsi, berisiko memperparah tumor itu sendiri.

Tapi ketika biopsi pada sel tumor dilakukan, sel-sel tumor biasanya dirancang untuk tidak menyebar dan membuat lebih banyak tumor. Selain itu, ada juga metode yang digunakan oleh para dokter untuk meminimalkan penyebaran sel tumor, yaitu biopsi dengan menggunakan jarum disertai dengan alat vakum kecil.

Secara keseluruhan, risiko tumor menyebar sebagai akibat dari tindakan biopsi sangatlah kecil, terutama dibandingkan dengan manfaat dari dilakukannya biopsi itu sendiri dimana dokter akan menerima banyak informasi tantang penyakit tumor yang sedang diderita pasien.

2 mitos lainnya bisa langsung Anda simak melalui video di bawah ini,

[pg_youtube_advanced url=”https://www.youtube.com/watch?v=5BAKzzV8Pw4″ autohide=”yes” rel=”no” https=”yes”]

Shares
Please Login, Register or comment as Guest.
Subscribe
Pilihan:
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments